Film Passion Membakar Gairah
Puji Astuti Official Writer
"Saya meninggalkan (film The Passion) dengan kesan yang mendalam tentang sakit yang amat sangat yang Yesus alami, khususnya perasaan sedih yang saya alami karena saya percaya dia mengalami hal itu untuk saya."
Badai kontroversi seputar film Mel Gibson tentang kematian Yesus telah menyentuh banyak aspek. Apakah film ini anti Semit atau anti Yahudi? Apakah terlalu penuh kekerasan untuk anak-anak? Maukah Mel Gibson membuat Yesus menikah?.
Wakil dari Liga Yahudi Anti Fitnah dan lembaga Simon Wiesenthal Center mengkuatirkan adanya perasaan dan bahkan tindak kekerasan dari hasil provokasi anti Semit. Persiapan tayang film ini sendiri sebenarnya telah mengundang sambutan hangat dari pemimpin termasuk dari pihak Vatican dan Billy Graham. Sedang sisanya merasa skeptis.
Kebanyakan pusat kontroversi adalah pada dua pertanyaan seputar film dan sejarah yang dilukiskan film ini : Apakah orang Yahudi benar-benar bertanggung jawab atas kematian Yesus?. Dan jika benar, apakah semua orang Yahudi dengan cara itu bisa disebut "pembunuh Yesus?". Kelakuan buruk dari gerakan Anti Semit telah menodai dan membuat ketakutan yang tidak bisa dipahami ini menjadi amat beralasan.
Dibesarkan sebagai keturunan Yahudi di Miami, saya punya banyak teman Yahudi. Populasi Yahudi di Miami melebihi banyak kota di Israel. Teman sekelas saya semua berbicara tentang sekolah Ibrani Yahudi, sinagoge dan perayaan bar mitzvahs. Di sekolah kami menyanyikan lagu Hanukah dan juga lagu-lagu Natal Kristen. Tapi orang tua saya mengajarkan dan meneladani untuk memberi hormat dan toleransi. Gerakan Anti Semit bisa membuat darah saya mendidih.
Setelah menemukan iman sebagai seorang Kristen sewaktu menjadi mahasiswa universitas, saya menggali tentang anti Semit dalam kitab yang berhubungan dengan kematian Yesus. Yesus adalah seorang Yahudi, demikian juga dengan pengikutnya. Orang Yahudi yang menentang ajaranNya membuat barisan lain menentang orang Yahudi yang mendukung Yesus. Ini adalah sangat esensial sebagai konflik Yahudi dengan Yahudi. Satu faksi menekan Pilatus, seorang pemerintah Roma untuk mengeksekusi Yesus.
Pemimpin Yahudi tidak secara fisik menggantung Yesus di kayu salib, eksekutor Roma-lah yang melakukannya. Namun beberapa orang Yahudi menjadi bagian dari orang-orang yang bercampur baur itu.
Haruskah semua orang Yahudi dianggap atau disikapi bersalah atas eksekusi Yesus? Tentu saja tidak. Tidak juga semua orang Jerman dianggap bersalah untuk peristiwa pemusnahan massal atau Holocaust Nazi, tidak semua orang Kristen dianggap rasis atau Anti Semit, pedopilia, korupsi atau semua tindakan yang menyakitkan hati dianggap sebagai keKristenan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk setiap keputusan yang kita ambil.
Namun ada sisi lainnya berkaitan dengan pertanyaan bersalah. Setelah saya berbicara di Universitas Miami dalam kelas antropologi, seorang mahasiswa menanyakan pada saya, apakah orang Yahudi bertanggung jawab atas kematian Yesus. Saya menjawab "Tentu saja Ya. Orang Yahudi bertanggung jawab untuk kematian Yesus. Demikian juga orang Kristen, Budha, Muslim, Hindu, atheis dan paham agnostik."
Yesus mengatakan Dia datang untuk menolong mengembalikan manusia pada Allah, "untuk memberikan hidupnya sebagai tebusan bagi banyak orang". Yesus percaya kematianNya akan membayar harga yang dibutuhkan untuk menyediakan penebusan untuk semua orang yang bersedia menerima diriNya, menjadi mempelai yang terikat hingga pada kekekalan.
Berdasarkan pada perspektif ini, kami - kita semua - dan semua kececatan yang kita miliki menjadi alasan untuk Yesus pergi ke kayu salib. Apakah kita bersalah secara fisik atas penyaliban Yesus? Tentu tidak. Namun apakah karena kita Dia menderita? Dengan alasan ini, jawabannya adalah "ya".
Demikian juga dengan film Mel Gibson. Tentunya kami membawa cara pandang kami pada tayangan ini. Saya mendapat kesan kuat dengan semua sakit mengerikan yang Yesus alami, khususnya yang membuat saya pedih adalah karena saya percaya Dia mengalami semua itu untuk saya.
Rembrant, pelukis terkenal Jerman melukis satu lukisan yang amat mengesankan tentang penyaliban. Dalam lukisan itu, beberapa orang menolong untuk meraih salib dimana Yesus tergantung dengan paku. Satu tekanan ringan dalam lukisan itu adalah satu wajah diantara orang yang mencoba meraih salib. Wajah itu adalah wajah Rembrant, gambaran diri pelukis itu sendiri. Pelukis ini percaya dirinya menjadi bagian alasan kematian Yesus.
Gibson mengatakan pada Associated Press : "Saya menemui point sulit dalam hidup dan perenungan saya tentang penderitaan Yesus, atas kasih pengorbananNya, mampukan saya melalui hal itu". Film dan kisah The Passion Of The Christ adalah pantas dan layak untuk didiskusikan diantara teman-teman anda, apapun imannya, bahkan diantara mereka yang tidak beragama.
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (Yesaya 53:5)
"Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah Rasul 4:12)(nat) Sumber : Rusty Wright – Probe Ministries - CBN
Halaman :
1